Analisis serat di laboratorium dapat dibagi menjadi dua jenis  yakni serat kasar (crude fiber) dan serat pangan (dietary fiber). Serat merupakan bagian tumbuhan yang dapat dimakan atau analog dengan karbohidrat yang tahan terhadap pencernaan dan absorpsi di dalam usus halus manusia dan mengalami fermentasi sebagaian atau seluruhnya di dalam usus besar. Komponen serat meliputi beberapa bagian seperti dinding sel, lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Dalam industri, penggunaan dan pemanfaatan serat erat kaitannya dengan produk pakan.

Untuk mendapatkan mutu pakan yang berkualitas, perlu dilakukan pengujian terhadap serat yang akan digunakan.  Pengujian pada serat pangan (dietary fiber) biasanya menggunakan analisis dengan enzim (metode gravimetri). Sedangkan untuk serat kasar, biasa dilakukan dengan metode pengujian empiris kimiawi yang cukup rumit dan membutuhkan tenaga laboratorium yang cakap. “Pengujian dalam laboratorium tentu memerlukan efisiensi waktu dan tenaga laboratorium. Analisis serat memiliki metode yang berbeda bergantung pada jenis seratnya,” kata perwakilan Gerhardt Asia, Neo Wu – C dalam seminar sehari Fibretherm and Dumatherm an Innovative Technology for Yours Fibre and Nitrogen Analysis yang diselenggarakan oleh Gerhardt di Surabaya, 8 Agustus 2018 lalu.  

Pada perkembangannya, serat dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti hemiselulosa, lignin, dan juga beberapa selulosa yang termasuk dalam crude fibre. Sedangkan selulosa yang masuk ke dalam acid detergent fibre juga dapat dianalisis dengan metode chemical-gravity. Kendati demikian, analisis serat memiliki kompleksitas seperti jenis sampel yang beragam, terutama  sampel rendah serat yang sulit untuk diukur, serta langkah pengujian bertingkat yang dapat meningkatkan ketidaktepatan hasil analisis. Untuk itu, Gerhardt sebagai penyedia layanan sistem analisis yang terpercaya menghadirkan Fibretherm sebagai alat analisis serat yang memiliki banyak keunggulan.

“Dengan Fibretherm, Anda dapat menghemat waktu, bahan kimia, serta memiliki keakuratan yang tinggi,” tambah Neo. Fibretherm juga memiliki kualitas yang tinggi dari segi keamanan karena pengguna tidak akan memiliki kontak dengan bahan kimia yang digunakan.  Selain serat, pengujian atau analisis proksimat lain yang juga kerap kali dilakukan pada industri untuk menunjang suatu produk agar memiliki kualitas yang baik adalah analisis protein. Secara konvensional, analisis protein dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl yang pada prosesnya memerlukan waktu lebih lama karena terdapat enam tahapan yang dilakukan. Enam tahapan tersebut adalah tahapan penimbangan, pelarutan, distilasi, titrasi, penanganan data serta proses pembersihan.

Tidak hanya memakan banyak waktu, metode Kjeldahl juga sangat riskan dengan kesalahan yang terjadi di tiap tahapannya, sehingga diperlukan tenaga laboratorium yang sangat cakap dalam kinerja di laboratorium. Menanggapi kompleksitas metode tersebut, Gerhardt merancang suatu alat analisis protein, Dumatherm yang lebih efisien dan aman serta mudah digunakan oleh tenaga laboratorium sehingga dapat menghemat waktu kerja dan memberikan kualitas terbaik pada produk yang diujikan. Dengan Dumatherm, pengujian yang biasanya memakan waktu sekitar empat jam dapat dipangkas hingga 2-3 menit saja.