Analisis proksimat merupakan metode kimia yang digunakan untuk menganalisis kandungan karbohidrat, protein, lemak, kadar air, kadar abu, dan serat pada pangan. Analisis ini mutlak dilakukan industri pangan pada bahan baku dan produk akhir. Tujuan dari analisis proksimat antara lain untuk identifikasi kandungan zat pada makanan yang belum diketahui, uji kualitas kandungan makanan, evaluasi formulasi, dan dasar analisis lebih lanjut. Berbagai macam mutu produk ditentukan oleh standard khusus, di Indonesia misalnya ditentukan oleh Standard Nasional Indonesia (SNI). Dalam ketentuan SNI selalu terdapat kandungan proksimat, sehingga secara otomatis industri harus melakukan analisis ini untuk mengetahui kesesuaian produk dengan SNI. "Analisis proksimat perlu didukung dan dikembangkan dengan teknologi terbaru agar lebih efisien terutama untuk industri, karena analisis secara manual membutuhkan waktu yang lama," tutur Dosen Teknologi Pangan Universitas Padjajaran Bandung, Yana Cahyana, STP, DEA, PhD. Alasan tersebut mendorong Gerhardt Indonesia untuk menyelenggarakan seminar dengan tema "Highest Efficiency in Food & Feed Analysis" di Hilton Bandung pada 14 Februari lalu. Seminar ini bertujuan untuk berbagi informasi dan pengetahuan mengenai teknologi paling efisien dalam analisis proksimat, serta memperkenalkan Gerhardt sebagai salah satu solusinya.
Analisis protein
Protein merupakan polimer yang terdiri atas asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Analisis protein biasa dilakukan dengan Metode Kjeldahl. Menurut Yana metode ini memiliki prinsip mereaksikan asam dengan pangan sehingga senyawa nitrogen terlepas dan dapat dihitung dengan menggunakan teknik titrasi yang cocok. Jumlah protein ditentukan dengan mengalikan nitrogen terhitung dengan faktor konversi. Sejauh ini Kjeldahl adalah metode yang diakui secara internasional. Keuntungan dari metode Kjeldahl adalah bersifat universal, ketepatan tinggi dan keterulangan yang baik. Namun, metode ini juga memiliki kekurangan, di antaranya adalah tidak mengukur jumlah protein sesungguhnya, setiap protein yang berbeda memiliki faktor koreksi berbeda, menggunakan asam sulfat pekat dalam suhu tinggi, serta memakan waktu yang cukup lama. Gerhardt menciptakan produk VAPODEST, premium Kjeldahl steam distillation system. Alat ini menerapkan prinsip Kjeldahl dengan sentuhan teknologi, sehingga memiliki waktu yang lebih cepat. Alat ini juga didukung dengan dokumentasi yang lengkap dari setiap proses analisis. Sistem ini sesuai dengan ISO 17025, sehingga secara otomatis data dapat tersimpan. Keamanan alat ini juga terjaga dengan adanya password bagi setiap pengguna, sehingga tidak semua orang dapat menelusuri data yang dihasilkan dari alat ini. Selain itu Gerhardt juga menawarkan New KJELDAHLTERM digestion system yaitu alat yang mempermudah proses destruksi dengan waktu yang lebih singkat. Alat ini dilengkapi dengan kemudahan pemindahan data menggunakan USB dan proses yang transparan, sehingga memudahkan pengguna untuk mengontrol proses analisis. "Mungkin butuh biaya yang mahal di awal, namun jika dilihat 5 bahkan 10 tahun yang akan datang alat ini akan lebih murah dan efisien," tutur Sales Director of Gerhardt GmBH, Markus Kranz.
Analisis lemak
Analisis lemak merupakan salah satu analisis proksimat yang membutuhkan waktu panjang. Umumnya analisis lemak dilakukan dengan menggunakan metode Soxhlet. Metode ini memiliki prinsip ekstraksi dengan menggunakan pelarut non-polar dan membutuhkan waktu yang panjang. Gerhardt memperkenalkan SOXTHERM yaitu alat yang dapat menganalisis kadar lemak dengan waktu yang cepat. Selain itu alat ini juga dapat menggunakan kembali pelarut yang telah dipakai hingga 90%. Sebelum dilakukan ekstraksi lemak, beberapa produk pangan seperti biskuit, daging, ikan, tepung dan semolina membutuhkan tahap hidrolisis. Namun, hidrolisis sendiri membutuhkan tahapan dan waktu yang panjang. Sehingga Gerhardt meluncurkan HIDROTHERM, alat untuk hidrolisis dengan cara yang mudah. Baik HIDROTHERM dan SOXTHERM diciptakan dengan sistem tertutup yang tidak membutuhkan lemari asam, sehingga penggunaannya lebih ramah lingkungan. "Waktu yang dibutuhkan kedua alat tersebut dalam analisis lebih cepat hingga 6,69 menit per sampel, sehingga analisis akan lebih efisien," tutur Technical Support Gerhardt Asia, Neo Wu. Fri-33
Berita Terkait
-
21 Jun '24
-
21 Jun '24
-
02 Mei '19
-
01 Mei '19
-
09 Jun '17
-
20 Okt '16
-
16 Sep '15
-
16 Sep '15